Assalamualaikum......


Selamat datang........

Monday 21 July 2008

Perjalanan Bahasa Indonesia Menjadi Bahasa Dunia

oleh wien
Bahasa Indonesia yang pada tanggal 28 oktober 1928 diikrarkan menjadi bahasa persatuan, adalah menjadi suatu hasrat yang sangat besar dan sangat didambakan oleh setiap warga Indonesia sejak dahulu kala. Setelah melalui perdebatan yang cukup panjang pun akhirnya dipilih bahasa melayu Riau lah yang diangkat menjadi bahasa Indonesia, bahasa persatuan NKRI.
Kini banyak orang yang mempalajari bahasa Indonesia, baik itu dari dalam maupun luar negeri. Bahkan tidak hanya bahasa Indonesia, bahasa Jawa pun dipelajari di Amerika dan Eropa. Drs. Imam Hanafi dalam Kunardi menuliskan ”di Michigan, Amerika, banyak yang berbahasa Indonesia di dalam pergaulan sehari – harinya” (2005 : 17, )
Dalam perjalanannya menuju penyempurnaan, sebelum benar – benar ke dunia internasional dan di awal perjalanannya, bahasa Indonesia mengalami banyak kendala. Pada masa awal diberlakukannya EYD (Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan), reaksi timbul dari berbagai kalangan. Yang tidak setuju, umumnya melihat dari segi pembiayaan semata-mata. Sedangkan yang setuju, melihatnya jauh ke depan. Sesungguhnya, Keputusan Presiden No 57 itu ibarat langkah yang tidak hanya hendak mengokohkan peran bahasa Indonesia sebagai bahasa negara, melainkan juga upaya mendudukkan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi ASEAN dan bahasa dunia.
Dalam lingkup ASEAN, tampaknya Filipina dan Muangthai saja yang mungkin masih merasakan beberapa hambatan. Sungguhpun demikian, berdasarkan unsur kekerabatan, korespondensi fonemis, faktor geografis, struktur gramatika, maupun unsur kebahasaan lainnya, bahasa Tagalog di Filipina dan bahasa Siam di Muangthai, mempunyai hubungan yang erat dengan Bahasa Melayu yang merupakan asal dan dasar Bahasa Indonesia. Begitu juga dengan Bahasa Cham di Kamboja.
Apabila kita membandingkan sejumlah kosa kata yang terdapat di negara-negara tersebut —seperti yang dilakukan Gorys Keraf dalam bukunya, Linguistik Historis Komparatif— kita akan mendapatkan bukti kuat, bahwa bahasa-bahasa di kawasan Asia Tenggara (rumpun bahasa Austronesia) sebenarnya masih satu keluarga bahasa yang sama. Kita tak perlu heran, jika orang Filipina berkata ku:lang (kurang), ilung (hidung), dan bu’guk (buruk). Pendeknya, bahasa Tagalog dengan Bahasa Melayu umumnya mempunyai bentuk dan bunyi yang mirip, bahkan sama.
Bukti lain dapat kita lihat dari hasil penelitian Dr H Kern tahun 1889. Ia membandingkan sejumlah kata dari 100 bahasa yang tersebar dari Malagasi sampai Amerika Selatan. Kesimpulannya, mustahil jika kesamaan bunyi dan bentuk dari nama-nama tumbuh-tumbuhan dan binatang yang terdapat di kawasannya, terjadi secara kebetulan. Artinya, dapat dilacak lebih jauh adanya hubungan kerabat dari satu nenek moyang atau protobahasa yang sama.
Jadi jelas, Bahasa Melayu bagi negara-negara ASEAN, sesungguhnya dapat pula mempererat hubungan antar-negara bertetangga ini. Malaysia, Singapura, dan Brunei, bahkan juga di Muangthai (khasnya Patani) dan Filipina (khasnya Mindanau), menyadari hal itu. Malaysia menempatkan bahasa Melayu sebagai bahasa kebangsaan. Demikian juga Brunei Darussalam sejak tahun 1959 —sebagaimana yang dinyatakan Pangeran Badaruddin— “bahwa Bahasa Melayu adalah bahasa resmi dan mesti digunakan di dalam segala bidang.”
Bagi Indonesia, persoalan tentu tidak semata-mata menjadikan bahasa Melayu (baca: Indonesia) sebagai bahasa resmi ASEAN, tetapi juga sebagai bahasa resmi dunia, seperti juga bahasa Inggris atau Perancis.
Dan syarat-syarat untuk itu, memang sudah dimiliki Bahasa Indonesia. Antara lain, Bahasa Indonesia merupakan lingua franca bagi lebih dari 136 juta penduduk, bentuk dan strukturnya mudah dipelajari dan sederhana, bentuk tulisan dan ujaran tidak mengandung banyak perbedaan, menyerap secara bebas unsur dan istilah bahasa asing, mampu digunakan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, serta merupakan mata ajaran wajib di semua tingkatan sekolah.
Lebih dari itu, bahasa Indonesia juga sudah diajarkan di banyak perguruan tinggi negara-negara sahabat. Tokyo, Seoul, Beijing, Melbourne, Canberra, Cornel, Yale, Mokow, Paris, Praha, Leiden, Warsawa, Berlin, Mesir, dan banyak lagi universitas di luar negeri yang membuka jurusan tersendiri tentang bahasa dan kesusastraan Indonesia. Paling sedikit, memberikan mata ajaran Bahasa Indonesia. Ini merupakan satu indikasi, betapa Bahasa Indonesia sangat berpotensi untuk menjadi bahasa resmi internasional.
Melihat kenyataan tersebut, tidaklah sepatutnya jika masih ada suara sumbang yang meremehkan peran Bahasa Indonesia. Tidak patut pula jika kita tidak bangga pada bahasa sendiri. Dalam menyikapi perkembangan zaman dan arus globalisasi, peran bahasa Indonesia tentu berlainan dengan waktu pertama kali dicanangkan dalam ikrar Sumpah Pemuda. Jika dulu mampu berperan sebagai alat persatuan dan kesatuan bangsa, maka kini, mampukah ia mengangkat citra keagungan bangsa dan negara Indonesia di mata dunia. Oleh karena itu, gagasan untuk menempatkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa dunia atau bahasa resmi PBB sesungguhnya lebih terterima dibandingkan dengan Bahasa Melayu. Semoga saja harapan ini menjadi kenyataan.
Salah satu bukti mulainya bahasa Indonesia menyebar di negara lain adalah Maman S Mahayana, pengajar di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia (UI) tulisan - tulisannya tersebar di berbagai media di Indonesia, Malaysia dan Brunai Darusallam, dan sudah banyak dibukukan.
Selain itu, bahasa Indonesia juga mudah dipelajari. Kunardi menuliskan bahwa Prof. Denzel Carr dan Prof. Zuklart, ahli bahasa dari Jerman menuturkan bahwa bahasa Indonesia kelak akan dapat menjadi bahasa dunia karena memenuhi persyaratan tertentu.
Namun, jika menilik ke kondisi sekarang yang ada, rupanya bahasa Indonesia memang sangat potensial untuk menjadi bahasa dunia, namun masih jauh dari jangkauan. Kita lihat sekarang semakin banyak masyarakat yang tidak peduli dengan aturan – aturan tata bahasa yang ada. Bahkan kini yang tengah menjadi tren adalah bahasa gaul, yang tidak menunjukkan identitas bahasa Indonesia seperti yang dahulu disampaikan di Sumpah Pemuda, namun yang akrab dimulut masyarakat adalah bahasa Indonesia yang telah terkontaminasi dan terinterfereni dengan bahasa asing yang cenderung kebarat – baratan.
Jadi, agar ciri keaslian bahasa Indonesia tidak hilang ketika diangkat menjadi bahasa dunia, akan sangat lebih baik jika sebelumnya ditanamkan terlebih dahulu rasa kepemilikan dan cinta terhadap bahasa Indonesia itu sendiri oleh seluruh masyarakat Indonesia sehingga ada kesadaran mengenai pemakaian tata bahasa yang baik dan benar, dalam setiap kondisi dimana pun dan kapan pun. Karena berbahasa Indonesia yang baik dan benar itu bukanlah mamakai bahasa yang baku, tapi yang sesuai dengan kondisi dimana kita berada.
Jika hal diatas sudah berjalan dengan baik, barulah bahasa Indonesia bisa benar – benar siap untuk diangkat menjadi bahasa dunia. Sebenarnya jika dilihat dari jumlah penduduk Indonesia yang cukup banyak dan kita lihat banyak warga Indonesia yang menjadi pekerja di luar negeri, hal ini sangat mendukung untuk menjadikan bahasa Indonesai menjadi bahasa dunia. Yakni dengan tetap membiasakan berbahasa Indonesia dimanapun mereka berada asal yang mereka ajak bicara paham bahasa Indonesia. Kalau perlu kita mengajari orang lain untuk berbahasa Indonesia.
Cara lain yang bisa mendukung bahasa Indonesia untuk jadi bahasa dunia ialah, dengan kerjasama antarnegara dalam suatu perusahaan. Sekarang ini, sebenarnya banyak warga asing yang belajar bahasa Indonesia agar bisa bekerja di perusahaan asing yang bekerja sama dengan pihak indonesia dan letaknya di Indonesia.
Jadi sekali lagi perlu ditekankan bahwa Bahasa Indonesia sangat vital untuk menjadi bahasa dunia asalkan masyarakat Indonesia gemar berbahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam setiap kondisi serta memilikirasa cinta atau yang biasa disebut sense of belonging terhadap bahasa Indonesia itu sendiri. Jika sudah begitu, tidak mustahil bahasa Indonesia menjadi bahasa dunia. Sudah saatnya kita bangkit dari keterpurukan ini.

KePUSTAKAan

  • Anonim.http://www.riaupos.com/v2/content/view/3783/95/ Diakses tanggal 1 juni 2008
  • Halim, Amran(ed).1976. Politik Bahasa Nasional I. Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Dan Kebidayaan
  • Mahayana,Maman.S.2008. Bahasa Indinesia Menjadi Bahasa Dunia .http://www.republika.co.id/online_detail.asp?id=335235&kat_id=23. Diakses tanggal 1 juni 2008
  • Prawiro, Kunardi H. 2005. Pembinaan Pemakaian Bahasa Indonesia. Surakarta : UNS Press.

No comments:

Sugeng Rawuh.....

Sealamat datang, Ahlan wa sahlan